Menyimak Estetis


Pengertian Menyimak Estetis

Menyimak estetis adalah menyimak untuk melakukan penikmatan atau penghayatan akan suatu hal/karya. 

Menyimak estetik adalah kegiatan menyimak yang memiliki tujuan menumbuhkan rasa keindahan, rasa senang, dan rasa gembira. 

 Pelaksanaan kegiatan menyimak estetis lebih berfokus pada emosi dari si penyimak.  

Menyimak estetis disebut juga menyimak apresiatif. Di dalam menyimak estetis, selain menikmati keindahan juga mengandung unsur apresiatif, yaitu menyimak untuk menggali nilainilai sebuah karya seni dalam memahami, memaknai, sampai dengan memberi penghargaan terhadapnya. Dalam konteks ini, kegiatan mendengarkan atau menyimaknya tidak untuk memperoleh informasi tetapi lebih ditekankan pada kegiatan apresiatif terhadap karya yang dibacakan atau dilagukan

Bahan Teks Puisi untuk Menyimak Estetis

• Berbetuk lari-larik dan bait 

• Menggunakan kata-kata bermakna konotatif dan padat makna 

• Jumlah kata tidak banyak tetapi maknanya sangat luas Sebagai bahan latihan menyimak puisi, cobalah Anda simak video musikalisasi berikut.

Bahan Teks Prosa untuk Menyimak Estetis

• Bentuk teks berbaris penuh dan berparagraf 

• Lebih mudah menangkap maknanya dibandingkan puisi

Bahan Teks Drama untuk Menyimak Estetis

• Berbentuk dialog

• Menggunakan bahasa yang lugas, komunikatif, hidup, mudah dipahami, karena penampilannya sesuai dengan kehidupan nyata


Menyimak Informatif


Pengertian Menyimak Informatif

Menyimak hal-hal yang memuat berita, kabar, penjelsan, atau pemberitahuan tentang hal-hal tertentu

Bentuk Menyimak Informati

1. Menyimak Berita 

2. Menyimak pidato 

3. Menyimak ceramah 

4. Menyimak Opini 

5. Menyimak Pengumuman 

6. Menyimak Teks Prosedural/petunjuk/langkah  langkah kegiata

Strategi Menyimak Informatif 

1. Fokus pada ide atau gagasan penting yang perlu anda ketahui 

2. Tuliskan kata-kata kunci atau ide-ide penting dari materi yang disimak 

3. Baca ulang , rangkaikan, dan sistematikakan keseluruhan hasil catatan simakan 

4. Untuk mengetahui pengusaan hasil simakan, ungkapkan kembali hasil simakan dengan bahasa penyimak atau ajukan pertanyaan tentang isi simaka

menyimak dialog resmi dan tidak resmi

 


Stategi Menyimak Dialog

1. Bersikap objektif, tidak berpihak, dan kooperatif terhadap percakapan yang sedang kita simak 

2. Perhatian terhadap apa yang sedang dibicarakan 

3. Memiliki motivasi yang kuat dalam menyimak 

4. Memperhatikan keadaan emosi diri

Cara Berlatih Menyimak Dialog

1. Mencatat hal-hal penting dalam dialog 

2. Menyatakan informasi tersirat dalam dialog misalnya menyimpulkan isi dialog dan mengomentari isi dialog

menyimak dasar

 

Tataran Menyimak

Menurut Soedjianto, 1983:18

1. Menyimak indentifikasi

2. Tataran indentifikasi dan seleksi tanpa retensi

3. Tataran indentifikasi dengan seleksi terpimpim dan  retensi jangka pendek

4. tataran identifikasi dengan seleksi retensi jangka panjang

Proses Menyimak

1. Menerima masukan auditori/menerima pesan lisan dari penutur

2. Memperhatikan masuka dari auditori/berkosentrasi terhadap apa yang disajikan penutur

3. menafsirkan dan berinteraksi dengan masukan auditori/mengumpulkan dan menyimpan pesan mengklarifikasi,membandingkan dan menghubungkan pesan dengan pengetahuan awal

Strategi menyimak

1. Memusatkan perhatian

2. Membuat catatan

3. membuat catatan sederhana

4. catatan mengunakan singkatan-singkatan dan simbul-simbul

5. catatan harus jelas

Kiat Menangkat Gagasan Inti

Menurut Tompkins dan Hosskison, 1991

1. Menangkap gambar dalam pikiran

2. Mengelompokan informasi

3. Mengajukan pertanyaan

4. Menemukan pola organisasi informasi

5. Mencatat informasi penting

6. Memusatkan perhatian

hakekat menyimak

 Perbedaan mendengar,mendengarkan dan menyimak

1. Mendengar

   - Tidak di sengaja

   - Tidak memiliki Tujuan

   - Tidak sampai pemahaman

2. Mendengarkan

    - Sengaja

    - Memiliki tujuan

    - Tidak sampai pada pemahaman

3. Menyimak

    - Sengaja

    - Memiliki Tujuan

   - Sampai pada pemahaman

Peranan Menyimak

1. Dasar belajar bahasa

2. Penunjang ketrampilan berbicara, membaca dan menulis

3. Pelancar komunikasi lesan

4. Penambah informasi atau pengetahuan

Tahap-tahap Menyimak

Menurut Morris (1964 : 701-702)

1. Hearling (mendengar)

2. Attention ( perhatian)

3. Perception (menafsirkan)

4. Evaluation (menilai)

5. Response atau reation ( mereaksi )

Jenis - jenis menyimak

=> Menyimak berdasarkan Tujuan

a. Menyimak untuk belajar

b. Menyimak untuk hiburan

c. Menyimak untuk menilai

d. Menyimak untuk mengapresiasi

e. Meyimak untuk memecahkan masalah

=> Menyimak berdasarkan Intensitas

1. Menyimak Ekstensif

a. Menyimak Sekunder

b. Menyimak Pasif

c. Menyimak Estetis

2. Menyimak Intensif

a. Menyimak Kritis

b. Menyimak Konsentratif

c. Menyimak Krestif

Faktor - Faktor Penentu Keberhasilan Menyimak

1. Faktor Internal 

a. Fisik

b. Psikologi

c. Pengalaman

d. Jenis kelamin

f. Peran dalam masyarakat

2. Faktor Eksternal

a. Pembicara

b. Pembicaraan

c. Situasi

Ciri- ciri menyimak yang baik

1. Sikap fisik dan mental

2. Konsentrasi / memusatkan perhatian

3. Motivasi/memiliki alasan yang kuat

4. Objektif

5. Menyeluruh/menyimak secara utuh

6. Selektif

7. Bersunguh-sunguh

8. Tidak mudah terganggu

9. Cepat menyesuaikan diri

10. Mengenal arah pembicaraan

11. Kontak dengan pembicara

12. Merangkum

13. Mengevaluasi

14. Merespon

Kiat Meningkatkan dasa simak

Menurut Tarigan ( 1986:171)

1. Kembangkan dan tingkatkan keingginan untuk menyimak

2. Bangunlah kebiasaan-kebiasaan menyimak yang baik

3. Jangan dulu memberi penilaian atau evaluasi kepada pembicara

4. Sebelum selai berbicara

5. Simaklah gagasan, konsep si pembicara untuk mengetahui isi dan bobot pembicara bernilai atau tidak

6. Manfaatkan waktu luang dengan bijak sehingga tidak ada yang terbuang sia-sia

Cara mempertajam daya simak

Menurut Tarigan ( 1991:5)

1. Simak ulang ucap

2. Indentifikasi kata kunci

3. Parafrase

4. Merangkum

5. Menjawab pertanyaan


Mengapa terjadi proses morfofonemik?

Proses Morfofonemik 

Proses morfofonemik merupakan proses yang terjadi pada suatu morfem akibat pertemuan morfem dengan morfem lainnya. Ada juga yang mengartikan sebagai gejala berubahnya fonem sebagai akibat bergabungnya beberapa morfem (biasanya afiks dan morfem dasar).


Proses morfofonemik yang terjadi pada Bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga proses, antara lain:

 a. Proses Perubahan Fonem

Proses perubahan fonem merubah suatu fonem pada morfem akibat bertemu dengan morfem lainnya.

Contoh:

1) Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- akan berubah menjadi fonem /m/, jika bertemu dengan morfem-morfem yang diawali dengan fonem (p, b, dan f). Misalnya:

meN- + pinjam = meminjam

meN- + fatwakan= memfatwa

peN- + batik= pembatik

2) fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- akan berubah menjadi fonem /n/, jika bertemu dengan morfem-morfem yang diawali dengan fonem (t, d, dan s). Misalnya:

meN- + tutup= menutup

peN- + tutup= penutup

3) Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- akan berubah menjadi fonem /n/, jika bertemu dengan morfem yang diawali fonem (s, c, dan j). Misalnya:

meN- + sapu= menyapu

peN- + sapu= penyapu

meN- + cari = mencari

meN- + jauh= menjauh

4) Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- akan berubah menjadi fonem /ŋ/, jika bertemu dengan morfem yang diawali dengan fonem (k, g, kh, dan h, serta vokal). Misalnya:

5) Fonem /r/ pada morfem ber- dan per- akan berubah menjadi fonem /l/, jika bertemu dengan morfem-morfem seperti ajar. Misalnya:

ber- + ajar= belajar

per- + ajar= pelajar

6) Fonem /?/ akan berubah menjadi fonem /k/, akibat bertemu dengan morfem ke-an. Misalnya:

ke-an + duduk/dudu?/ = kedudukan

ke-an + rusak/rusa?/ = kerusakan

 b. Proses Penambahan Fonem

Proses penambahan fonem merupakan proses penambahan fonem pada suatu morfem akibat pertemuan suatu morfem dengan morfem lainnya. Biasanya fonem yang ditambahkan yaitu fonem /ə/. Jadi morfem meN- akan menjadi menge- dan morfem peN- akan menjadi penge-. Misalnya:

meN- + cat=mengecat

meN- + las= mengelas

peN- + cat= pengecat

peN- + las= pengelas

per-an + tikai = pertikaian/pertikaiyan/

ke-an + pulau= kepulauan/kepulawan/

 c. Proses Penghilangan Fonem

Proses penghilangan fonem merupakan hilangnya sebuah fonem akibat pertemuan dengan sebuah morfem dengan morfem yang lain.

1) Hilangnya fonem /n/ pada morfem meN- dan peN- akibat bertemu dengan bentuk dasar yang berawalan fonem /l, r, y, w, dan nasal/. Misalnya:

meN- + lerai = melerai

meN- + rumuskan= merumuskan

meN- + yakinkan= meyakinkan

meN- + warnai= mewarnai

peN- + lupa= pelupa

2) Hilangnya fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan ter- akibat bertemu dengan bentuk dasar yang berawalan fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /ə r/. Misalnya:

ber- + rapat= berapat

ber- +kerja= bekerja

per- + ragakan= peragakan

ter- + rasa= terasa

3) Fonem-fonem /p, t, s, k/ pada awal morfem hilang akibat bertemu morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem-fonem itu. Misalnya:

meN- + paksa= memaksa

meN- + tulis= menulis

peN- + paksa= pemaksa

asal muasal lambang Garuda Pancasila

 


Saudara mahasiswa, minggu ini kita akan berlatih menyimak untuk menemukan informasi. Untuk mengetahui seberapa besar daya simak Anda, simaklah baik-baik video berikut dan diskusikanlah dalam forum diskusi minggu ini. Selamat Menyimak dn berdiskusi.




1. Jelaskan asal muasal lambang Garuda Pancasila!
Jawab
Lambang Negara Indonesia Burung Garuda, Pancasila telah dikenal melalui mitologi kuno bangsa indonesia yaitu kendaraan wisnu yang menyerupai elang rajawali

2. Di relif-relif candi manakah Burung Garuda dapat Anda lihat?
Jawab
Burung Garuda memiliki akar sejarah yang sangat kuat, Garuda tampil dalam bentuk relif dan arca seperti prambanan,mendut ,penataran .

3. Rancangan siapakah Burung Garuda yang dijadikan lambang negara Indonesia ?
Jawab
Sultan Hamid II dari Pontianak

4. Di mana, tanggal, dan tahun berapa Burung Garuda pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia sebagai lambang negara?
Jawab
Jakarta, 15 Februari 1950

5. Burung Garuda sebagai lambang negara menggambarkan Indonesia sebagai bangsa ......
Jawab
Garuda di gunakan sebagai lambang Negara untuk mengambarkan Indonesia sebagai Bangsa yang besar dan Negara yang kuat.